Loading...

MANUVER PARA PEJUANG TNI KITA!!! UNTUK BENTENGI NATUNA DITEPI LAUK SENGKETA!!! SHARE YA SEMOGA SELAMAT TAK TERJADI APA!!

Sponsored Links
Loading...
Loading...

Manuver TNI Bentengi Natuna di Tepi Laut SengketaArmada kapal perang RI waktu jalankan sailing pass di Sulawesi Tengah, Sabtu (19/9). (ANTARA/Basri Marzuki)

Manuver TNI Bentengi Natuna di Tepi Laut Sengketa
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia geram. China mulai sejak th. lantas memasukkan sebagian perairan Natuna di Laut China Selatan kedalam peta teritorialnya yang dikenal dengan sebutan nine-dashed line, yaitu garis demarkasi atau garis batas pemisah yang digunakan pemerintah Republik Rakyat China untuk mengklaim sebagian besar lokasi Laut China Selatan yang menjadi sengketa beberapa negara di Asia.

September kemarin, Komisi I DPR menyetujui realokasi biaya Rp450 miliar untuk memperkuat pangkalan TNI di Natuna. Realokasi biaya diserahkan Kementerian Pertahanan dikarenakan intensitas kemelut di Laut China Selatan bertambah beberapa waktu terakhir.
Lihat juga : Biaya Emas Legiun Penopang Poros Maritim
Selama ini landasan picu di Natuna hanya bisa dipakai untuk pesawat angkut, bukan pesawat tempur. Kondisi ini bikin Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu kesal. Apalagi kekuatan TNI di wilayah itu minim.

“Percuma saja miliki pesawat tempur bila landasannya tidak dapat digunakan. Natuna juga tak punya banyak prajurit bersenjata, cuma sebagian marinir. Kami bakal menaikkan pasukan udara, laut, serta darat disana, ” kata Ryamizard.

Bekas Kepala Staf Angkatan Darat itu meyakini pembangunan markas militer di wilayah itu ialah ketetapan pas. “Indonesia memiliki sumber daya alam yang perlu dijaga, ” tutur Ryamizard.

Kepulauan Natuna serta perairan yang mengitarinya mempunyai cadangan gas serta minyak bumi melimpah. Ladang gas D-Alpha di utara Natuna dimaksud memiliki cadangan 222 TCT (trillion cubic feet) dengan gas hidrokarbon sejumlah 46 CTC, salah satu yang terbesar di Asia.

Pilihan Redaksi
Geliat TNI Bangun Armada Maritim Jokowi
Biaya Emas Legiun Penopang Poros Maritim
HUT TNI Digelar, Jet Tempur serta Kapal Perang Dikerahkan
TNI Demo Tempur Berpeluru Tajam, Pelayaran Merak Berhenti
Merasa terancam

Alarm Indonesia atas Natuna berbunyi pertama kali pada Maret 2014, waktu Susilo Bambang Yudhoyono menjabat Presiden Republik Indonesia. Yaitu Marsekal Pertama Fahru Zaini Isnanto sebagai Asisten Deputi Koordinator Doktrin serta Kiat Pertahanan Negara Kementerian Koordinator Politik Hukum serta Keamanan, yang bersuara nyaring waktu menyambangi Natuna.

“China sudah mengklaim dengan sewenang-wenang perairan Natuna sebagai lokasi teritorial mereka, serta tak transparan soal koordinat-koordinat yang dimasukkan ke peta mereka. Peta baru itu bahkan juga sudah tergambar dalam paspor-paspor baru warga China, ” kata Fahru seperti ditulis kantor berita Pada.

Klaim China itu sesungguhnya terkait sengketa negara itu dengan Filipina atas Kepulauan Spratly serta Paracel di Laut China Selatan. Persoalannya, tutur Fahru, “Sengketa itu bakal beresiko luas pada keamanan perairan Natuna yang masuk dalam zona teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia. ”

Itu penyebabnya pemerintah RI meradang. Fahru lalu terbang ke Natuna untuk lihat kebolehan Tentara Nasional Indonesia di lokasi itu, sekalian mengecheck kiat konkret mereka disana sebagai garda paling depan Republik.

Satu bulan lalu, Jenderal Moeldoko yang waktu itu menjabat Panglima TNI menginformasikan kalau “Tentara Nasional Indonesia mengambil keputusan untuk tingkatkan kekuatannya di Natuna. ”

Dalam tulisannya yang dimuat pada 28 April 2014 di The Wall Street Journal, media internasional yang berbasiskan di New York, Amerika Serikat, Moeldoko menyampaikan “TNI butuh menyiapkan pesawat tempurnya untuk hadapi potensi meningkatnya kemelut di Natuna yang disebut satu diantara jalur perairan paling utama didunia. ”

Moeldoko blak-blakan menyampaikan Indonesia terganggu atas langkah China memasukkan beberapa perairan Natuna kedalam nine-dashed line, karenanya sama berarti dengan “Menyatakan beberapa Propinsi Kepulauan Riau masuk ke lokasi China. ”

Peta Kepulauan Natuna di pinggir Laut China Selatan. (Hobe/Holger Behr lewat Wikimedia Commons) Natuna yang terdapat di pesisir barat laut Kalimantan dengan cara administratif masuk pemerintahan Kepulauan Riau, satu diantara propinsi di Indonesia. Lokasi ini adalah satu diantara gerbang Republik –yang sayangnya bertemu segera dengan laut sengketa.

April 2015, enam bln. sesudah Jokowi menjabat Presiden, TNI Angkatan Laut mengadakan latihan militer paduan dengan Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) di Batam yang berlokasi sekitaran 300 mil dari Natuna. Itu kali ke-2


militer RI serta AS berlatih berbarengan di Batam, serta ke-2 negara punya niat mengerjakannya dengan cara teratur.

Latihan itu melibatkan 88 personel militer beserta pesawat pengawas serta pesawat patroli maritim yang dapat mendeteksi kapal selam. Satu diantara yang dikerahkan adalah pesawat mata-mata P-3 Orion punya AS keluaran Lockheed Martin yang bisa menghadang kapal laut serta kapal selam.

Dua bulan lalu, Juni, TNI Angkatan Hawa menjelaskan merencanakan mengadakan operasi hawa di langit Natuna. Mereka selalu memonitor ketat perkembangan sengketa di Laut China Selatan. Bila berlangsung eskalasi kemelut, operasi paduan TNI AL, AU, serta Angkatan Darat bakal dikerjakan.

“Kekuatan tempur akan di gelar di Natuna serta Aceh untuk melindungi dari peluang serangan dari utara, ” kata Marsekal Muda Agus Dwi Putranto, Panglima Komando Angkatan Hawa I.

Utara Natuna yang disebut Marsda Agus adalah Laut China Selatan.

Agresivitas China

Laut China Selatan yang merupakan sisi dari Samudra Pasifik membentang seluas 3, 5 juta km. persegi dari Singapura serta Selat Malaka ke Selat Taiwan. Perairan ini jadi sengketa China, Filipina, Malaysia, Vietnam, Brunei, serta Taiwan.


China mengklaim sebagian besar wilayah Laut China Selatan, dan agresif melakukan reklamasi di Spratly –kepulauan yang jadi rebutan China dengan Filipina.

Tujuh pulau buatan dibangun China di sekitar Spratly, membuat Filipina geram. Apalagi China pun membangun landasan pacu dan fasilitas militer di Pulau Karang Fiery Cross, sebelah timur Spratly –kawasan yang juga diklaim Filipina, Taiwan, dan Vietnam.

Reklamasi dan landasan pacu yang dibangun China di Pulau Karang Fiery Cross, sebelah timur Spratly. (Reuters/CSIS Asia Maritime Transparency Initiative) Ulah China membuat Filipina –yang kekuatan angkatan lautnya terlemah di Asia– meningkatkan kerjasama keamanan dengan AS, Jepang, dan Vietnam yang juga khawatir dengan dominasi Negeri Tirai Bambu di Laut China Selatan. Angkatan Laut negara-negara tersebut lantas menggelar latihan militer bersama.

Selain itu, Filipina hendak meningkatkan anggaran pertahanannya untuk membeli dua fregat alias kapal perang berukuran sedang, dua pesawat patroli jarak jauh, dan tiga radar pemantau udara untuk dioperasikan di Laut China Selatan.

Sumber energi besar yang tersimpan di dalam Laut China Selatan membuat negara-negara yang berbatasan langsung dengan perairan itu mengklaim beberapa bagian Laut China Selatan sebagai wilayah Zona Ekonomi Eksklusif mereka –area 200 mil laut dari garis pantai di mana suatu negara berhak atas kekayaan alam di dalamnya.

Kusut. Itulah gambaran pertarungan kekuatan berbagai negara di Laut China Selatan, dan semua kekacauan itu terjadi di pintu masuk Indonesia.

Maka selain memperkuat pangkalan militer di Natuna, yakni Pangkalan Udara AL, TNI meningkatkan status Pangkalan AL Pontianak di Kalimantan Barat menjadi Pangkalan Utama atau pangkalan kelas A.

Pangkalan Utama TNI AL XII Pontianak di barat laut Natuna akan diperkuat tiga kapal perang dan direncanakan memiliki sekitar 1.050 prajurit. Pangkalan ini selain berfungsi memantau Laut China Selatan termasuk perairan Natuna, juga memonitor Laut Jawa dan Selat Karimata.
Lihat juga:Geliat TNI Membangun Armada Maritim Jokowi
Berikutnya, TNI hendak memperkuat Pangkalan Udara AU Ranai yang juga terletak di Natuna. Lanud tipe C itu akan ditingkatkan ke tipe B. Landasan pacunya bakal diperpanjang agar bisa dipakai mendarat pesawat tempur kelas berat seperti F-16 Fighting Falcon.
Nantinya kekuatan tempur TNI AU yang selama ini diparkir di Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, secara bertahap akan didistribusikan ke Lanud Ranai. Di Lanud itu pun akan ditempatkan Korps Pasukan Khas TNI AU, yakni satuan tempur darat dengan kemampuan darat, laut, dan udara.

Semua itu telah direncanakan TNI sejak lama. “Persebaran pasukan TNI di sekeliling perairan Natuna bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan infiltrasi akibat instabilitas Laut China Selatan,” kata Moeldoko saat menjabat Panglima TNI.

Terlepas dari agresivitas China di Laut China Selatan, Angkatan Laut mereka, People’s Liberation Army Navy (PLAN), mengatakan membuka diri untuk bekerja sama dengan Indonesia. Hal itu mereka sampaikan saat menghadiri Simposium Keamanan Maritim Internasional yang digelar TNI AL di Jakarta, pertengahan September.

“Kami telah mendengar rencana Presiden Jokowi yang menginginkan Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia, dan kami terbuka jika Indonesia nantinya hendak menjalin kerja sama dengan China. Itu rencana jangka panjang yang baik,” kata Komandan PLAN, Shen Jinlong.


SUMBER http://www.cnnindonesia.com/

SUMBER :http://www.informasi-sehatku.blogspot.co.id/2016/03/manuver-para-pejuang-tni-kita-untuk.html
Sponsored Links
Loading...
loading...
SHARE
Sponsored Links
Loading...

admin

admin.

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
Loading...
    Blogger Comment
    Facebook Comment
Loading...
Loading...
Loading...