Sponsored Links
Loading...
Loading...
Minyak jelantah..,, Siapasih yang tidak kenal dengan jenis minyak ini..?? ya minyak ini pasti terdapat banyak di dapur-dapur anda..,, Minyak jelantah yaitu minyak goreng yang telah kian lebih 3 kali di gunakan untuk memasak serta umumnya telah tidak di pakai lagi karna bila masih tetap di gunakan akan menyebabkan efek yang kurang baik untuk kesehatan di kedepanya nanti.
“Minyak jelantah bila digunakan berulang-kali akan tingkatkan asam lemak bebas, serta hal semacam ini akan menyebabkan ketengikan, ” kata Dr. Budiatman Satiawihardja. Diluar itu, yang lebih beresiko yaitu penggunaan minyak jelantah yang berkali-kali akan tingkatkan gugus radikal peroksida yang mengikat oksigen, hingga menyebabkan oksidasi pada jaringan sel badan manusia.
Serta bila hal semacam ini selalu berlanjut, pasti akan menyebabkan kanker.
Jadi pemakaian minyak jelantah yang berkali-kali itu tidak thoyyib dari segi agama. Jadi pasti harus dihindarkan. Demikian peringatan yang didapatkan dari pengajar di IPB ini dalam penuturannya tentang efek negatif pemakaian minyak jelantah yang berulang-kali.
Dijelaskan juga, yang disebut dengan minyak jelantah serta menghindari pemakaiannya yang berkali-kali yaitu minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng bahan makanan, dalam satu sistem penggorengan bahan makanan gorengan, lalu disimpan sekian waktu.
Dikerjakan dalam skala rumah-tangga ataupun dalam usaha restoran, rumah makan, hotel, industri pemrosesan pangan, dan lain-lain.
Minyak yang dipakai juga berbagai macam, ada yang terbuat dari kelapa, kelapa sawit, jagung, dan lain-lain.
Tetapi pada hakikatnya beberapa besar minyak goreng terbuat dari tumbuhan atau bahan nabati, serta yang paling banyak dipakai yaitu minyak goreng yang terbuat dari kelapa sawit. Minyak goreng yang telah digunakan tersebut yang dimaksud minyak jelantah.
Penggunaan minyak jelantah hingga tiga kali, masih tetap bisa ditoleransi serta dianggap baik, atau tidak membahayakan untuk kesehatan manusia.
Namun bila lebih dari tiga kali, terlebih bila warnanya telah berubah jadi kehitam-hitaman, jadi itu juga sebagai tanda-tanda tidak baik serta harus dihindarkan.
Dengan cara kimia, minyak jelantah sangatlah tidak sama dengan minyak sawit yang belum dipakai untuk menggoreng.
Pada minyak sawit ada sekitar 45, 5 % asam lemak jemu yang didominasi oleh asam lemak palmitat serta sekitar 54, 1 % asam lemak tidak jemu yang didominasi oleh asam lemak oleat.
Sedang pada minyak jelantah, angka asam lemak jemu jauh lebih tinggi daripada angka asam lemak tidak jenuhnya.
Asam lemak jemu sangatlah beresiko untuk badan lantaran bisa menyebabkan berbagai penyakit penyebab kematian, seperti penyakit jantung serta stroke.
Pada sistem penggorengan pertama, minyak mempunyai kandungan asam lemak tak jemu yang tinggi. Kandungan asam lemak tidak jenuhnya akan semakin mengalami penurunan dengan semakin biasanya minyak digunakan dengan cara berulang, sedang kandungan asam lemak jenuhnya bertambah. Minyak goreng yang dipakai lebih dari empat kali akan mengalami sistem oksidasi.
Sistem oksidasi itu akan membuat gugus peroksida serta monomer siklik. Penelitian pada hewan percobaan tunjukkan gugus peroksida dalam dosis yang besar bisa merangsang terjadinya kanker kolon. Diluar itu, pemakaian minyak jelantah bisa mengakibatkan iritasi pada saluran pencernaan serta diare.
Juga sebagai media transfer panas, waktu sistem penggorengan berjalan, dengan pemanasan yang tinggi (3000C -3500C), minyak goreng akan teradsorbsi pada makanan masuk isi ruang-ruang kosong pada makanan hingga hasil penggorengan memiliki kandungan 5-40% minyak.
Dengan hal tersebut harus minyak goreng ikut terkonsumsi serta masuk ke badan.
Hal semacam ini tidak jadi permasalahan sepanjang minyak yang dipakai untuk menggoreng tak rusak. Walau demikian orang-orang umumnya tidak tahu hal itu serta selalu memakai minyak goreng itu berulang-kali, hingga jadi rusak.
Hingga minyak goreng yang dipakai serta dikonsumsi juga sudah tidak sehat lagi.
Penyebabnya sangatlah beragam salah satunya yaitu faktor ekonomi, rasa sayang serta terasa rugi bila minyak goreng itu tidak dipakai lantaran harus dibuang, serta diganti dengan yang baru. Meskipun minyak itu jelas telah rusak serta tidak layak mengkonsumsi dari segi kesehatan.
Rusaknya minyak goreng berlangsung atau berjalan selama sistem penggorengan, serta itu menyebabkan penurunan nilai gizi pada makanan yang digoreng. Minyak goreng yang rusak akan mengakibatkan struktur, penampilan, cita rasa serta bau yang kurang enak pada makanan. Dengan pemanasan minyak yang tinggi serta berkali-kali, dapat juga terbentuk akrolein, dimana akrolein yaitu sejenis aldehida yang bisa menyebabkan rasa gatal pada tenggorokan, membuat batuk konsumen serta yang tidak kalah bahaya yaitu bisa menyebabkan perkembangan kanker dalam hati serta pembengkakan organ, terutama hati serta ginjal.
Diluar itu minyak goreng yang rusak apabila dikonsumsi akan mengakibatkan beragam jenis penyakit, seperti ingindapan lemak dalam pembuluh darah (Artherosclerosis) serta penurunan nilai cerna lemak.
Berdasar pada riset juga dijelaskan bahwa kemungkinan ada senyawa karsinogenik dalam minyak yang dipanaskan, dapat dibuktikan karenanya ada bahan pangan berlemak teroksidasi yang bisa menyebabkan perkembangan kanker hati. Terbentuknya akrolein waktu penggorengan juga sangatlah beresiko lantaran akrolein yang terbentuk tersebut berbentuk racun serta menyebabkan rasa gatal pada tenggorokkan.
Minyak goreng sisa atau minyak jelantah yang dipakai berkali-kali dapat juga mengakibatkan penyakit jantung koroner.
Meskipun minyak jelantah yang didapat telah disaring beberapa kali sampai hilang penampilan warna gelapnya, tetapi sistem penyaringan itu tidak bisa menghilangkan kemungkinan munculnya zat asam lemak trans yang berlangsung setelah minyak goreng dipanaskan dengan suhu tinggi berkali-kali.
Zat ini akan memengaruhi metabolisme profil lipid darah yaitu HDL kolesterol, LDL kolesterol serta keseluruhan kolesterol.
Memanglah, efeknya tidak segera berlangsung demikian saja. Namun umumnya dari sistem penumpukan atau akumulasi lantaran pemakaian yang terus-menerus, lantas berlangsung efek berbentuk penyumbatan pembuluh darah yang lalu dikatakan sebagai penyakit jantung koroner.
Dengan resiko bahaya yang sedemikian itu, jadi sekali lagi kita diingatkan bahwa pemakaian minyak jelantah yang berulang-kali harus dihindarkan.
Hal semacam ini sangatlah utama untuk menghindar efek negatif yang bisa timbul dari pemakaian minyak jelantah yang demikian itu.
Dalam aturan agama diterangkan, meskipun halal, tetapi bila menyebabkan mudharat, pasti tidak baik serta harus dihindarkan. Terlebih bila jelas membahayakan kesehatan, jadi jadi terlarang serta mesti ditinggalkan.
Demikianlah artikel dari kami mudah-mudahan berguna untuk anda serta bisa menaikkan wawasan anda tentang kesehatan.
Sponsored Links
Loading...
loading...
Sponsored Links
Loading...
Loading...
Blogger Comment
Facebook Comment